Lima Waktu Cinta
“Lima Waktu Cinta”
Ada lima waktu yang Tuhan titipkan padaku,
sebagai jam-jam perjumpaan,
saat langit terbuka dan bumi bersujud,
tempat jiwaku kembali mengenal arah.
Subuh, cahaya pertama yang membelah malam,
di waktu kantuk masih berat,
aku datang berjamaah dengan tubuh dingin,
tapi hati hangat oleh cinta yang tak tidur.
Isya, penutup hari yang paling sunyi,
saat dunia redup dan lampu mati,
di rumah-Nya aku temukan cahaya sejati,
bersama para pencinta yang setia menanti.
Rasulku bersabda,
"Sholat berjamaah Subuh dan Isya lebih berat bagi orang munafik,
tapi bagi pecinta-Nya, itu gerbang kemuliaan."
(HR. Bukhari-Muslim)
Namun bukan berarti
Dzuhur tak mulia—ia adalah ketenangan di tengah hiruk siang,
Ashar tak agung—ia penanda waktu menurun, tempat muhasabah,
Maghrib tak bercahaya—ia senja yang merekah sebelum malam memeluk jiwa.
Kelima waktu adalah lima hela napas cinta,
tak satu pun pantas ditinggal,
karena Allah tak memanggil sekali,
tapi lima kali sehari—agar kita tak jauh,
agar kita tetap pulang.
Wahai diri,
jangan hanya datang saat malam dan fajar,
lalu lupa ketika siang menguras imanmu.
Cinta sejati datang di semua waktu.
Berjamaahlah—di waktu gelap dan terang,
karena siapa yang menjaga lima,
Tuhan akan menjaganya dari segala luka.
Comments
Post a Comment