"Benténg Nu Leungit" Di tengah poe nu galumbira, Aya omongan Nabi nu kacida, Ti Jabir, saurna leres jeung tegas: "Nu misahkeun manusa jeung kufur nu leuleus, Nya éta solat nu jadi garis batas." Mun solat geus ditinggalkeun, Hate kosong, iman ngalayang, Kumaha rek kuatkeun diri, Lamun tali jeung Gusti dipiceun sorangan? Solat téh benténg nu sajati, Ngahaja diturunkeun pikeun nyambung ati, Ka Nu Maha Nyipta, Maha Agung, Nyangreud sagalana, ti langit nepi ka jurang. Tapi mun solat teu dipaliré, Syirik datang henteu saenyana, Kufur nyusup lir angin halimun, Ngabobodo nurani, nyeret ka burit nu poek tur teu tangtukeun. Waktu Subuh geus disada, Tapi awak mah henteu gerak, Waktu Isya datang disusul bintang, Tapi haté mah disibukan ku dunya nu kabungbang. O dulur, Lamun solat geus leungit tina hirup, Nya kawas kapal nu leungit jangkar jeung jurumudi. Taya arah, taya lampu, Nungtungna nabrak batu, leungit dina kalangkang kalbu. Maka, jaga solat k...
Posts
Judul: "Taya Solat, Taya Iman"
- Get link
- X
- Other Apps
Judul: "Taya Solat, Taya Iman" (Terinspirasi tina Hadis Nabi ngeunaan solat) Ti Jabir disaurkeun ku jéntré, Nabi nyaur, nyorang kalbu bari jelas: "Nu ngabedakeun jalma jeung syirik nu kotor, Nya éta ninggalkeun solat nu leungit ka luhur." Solat téh taya ngan sakadar gerak, Tapi jalan nyambung ka Gusti nu Maha Bijak. Lamun teu solat, haté jadi garing, Teu aya suluh pikeun jalan nu bener jeung benering. Unggal waktu dilalaikeun, Taya nyambung ka nu jadi Kakuatan. Lila-lila, iman téh rék leungit, Ngaganti ku syirik, kufur nu ngadigit. Heug, dulur… Lamun hayang tetep dina cahaya, Solat kudu dipigawé kalawan satia. Ulah sakadar kabiasaan, Tapi jadi jembatan ka nu Maha Kawasa nu sajati panutan. Inget! Teu solat lain ngan tinggalkeun rukun, Tapi nyieun jurang antara hate jeung Gusti nu Agung. Jaga solat, jaga iman, Mugia urang salamet dina alam langgeng jeung kasalametan.
Bayang-Bayang Orde Baru dalam Praktik Hukum Masa Kini
- Get link
- X
- Other Apps
Bayang-Bayang Orde Baru dalam Praktik Hukum Masa Kini Pendahuluan Era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto meninggalkan warisan panjang dalam struktur politik, ekonomi, dan hukum Indonesia. Sistem hukum pada masa itu dikenal dengan ciri otoritarianisme, rekayasa hukum untuk kekuasaan, serta lemahnya independensi lembaga peradilan. Reformasi 1998 diharapkan menjadi titik tolak perubahan sistemik, termasuk dalam ranah hukum. Namun, dua dekade lebih setelah reformasi, masih banyak praktik hukum yang mencerminkan "bayang-bayang" masa Orde Baru: keberpihakan aparat, kriminalisasi yang dipaksakan, intimidasi terhadap tersangka dan keluarganya, serta tafsir hukum yang tak jarang mencederai keadilan substantif. Makalah ini membahas bagaimana sisa-sisa praktik hukum Orde Baru masih berpengaruh di masa kini, serta refleksi atas beberapa kasus hukum aktual sebagai cermin keadilan yang belum merata. I. Hukum di Era Orde Baru: Alat Kekuasaan, Bukan Keadilan Pada masa ...
Dramaturgi Hukum: Ketika Jaksa, Pengacara, dan Hakim Bermain Peran
- Get link
- X
- Other Apps
Dramaturgi Hukum: Ketika Jaksa, Pengacara, dan Hakim Bermain Peran Oleh: Ir. Dedi Mulyadi, MM Pendahuluan Hukum idealnya adalah panglima kebenaran yang membela keadilan tanpa pandang bulu. Namun dalam praktiknya, panggung pengadilan tidak jarang menyerupai panggung teater, di mana aktor-aktornya—jaksa, pengacara, dan hakim—memainkan peran bukan semata demi keadilan, melainkan demi kepentingan masing-masing. Perspektif ini mengingatkan kita pada teori dramaturgi dari Erving Goffman, yang menggambarkan kehidupan sosial sebagai panggung sandiwara. Jika demikian, apakah hukum kita masih bersandar pada kejujuran, atau telah terperangkap dalam sandiwara kepentingan? Bab 1: Panggung Peradilan sebagai Teater Sosial Dalam kerangka dramaturgi, setiap individu memainkan peran berdasarkan skrip sosial yang mereka miliki. Dalam dunia hukum, panggung ini adalah ruang sidang. Di sana, jaksa berperan sebagai penuntut kejahatan, pengacara sebagai pembela, dan hakim sebagai wasit. Namun di ...
- Get link
- X
- Other Apps
Antara Teks dan Kepentingan: Tafsir Hukum yang Melukai Keadilan Oleh: Ir. Dedi Mulyadi, MM Pendahuluan Hukum adalah pilar keadilan yang seharusnya menjadi penengah dalam setiap konflik sosial, pelindung bagi yang lemah, dan penyeimbang kekuasaan. Namun, dalam praktiknya, teks hukum kerap ditafsirkan berdasarkan kepentingan—bukan lagi berdasarkan nilai keadilan substantif. Fenomena ini menjadi ironi dalam sistem hukum Indonesia, di mana bunyi pasal seringkali digunakan secara kaku atau bahkan fleksibel, bukan untuk menegakkan keadilan, melainkan untuk melindungi kepentingan kelompok tertentu. Bab I: Teks Hukum dan Kekuatan Penafsir Hukum tertulis, yang terdiri atas undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya, seringkali dianggap sebagai kebenaran absolut. Namun, hukum tidak dapat bekerja tanpa penafsir: hakim, jaksa, dan pengacara. Mereka inilah yang menentukan arah “kebenaran hukum.” Sayangnya, proses penafsiran ini tidak jarang melenceng dari semangat keadi...
Etika Profesi Hukum dalam Krisis Integritas
- Get link
- X
- Other Apps
Etika Profesi Hukum dalam Krisis Integritas Oleh: Ir. Dedi Mulyadi, MM Kata Pengantar Dalam sebuah bangsa yang menjunjung tinggi hukum, integritas bukan sekadar nilai tambahan, melainkan fondasi utama. Namun, realitas hukum di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan adanya krisis integritas yang melibatkan berbagai aktor hukum: jaksa, hakim, pengacara, bahkan penegak hukum lainnya. Makalah ini bertujuan untuk menelaah urgensi etika profesi hukum di tengah badai krisis integritas, serta menawarkan refleksi dan solusi menuju sistem hukum yang lebih bermoral, adil, dan manusiawi. Bab 1: Pengantar Etika Profesi Hukum Etika profesi hukum adalah prinsip moral dan standar perilaku yang harus dipegang oleh pelaku hukum dalam menjalankan tugasnya. Prinsip-prinsip ini meliputi: Keadilan : menegakkan kebenaran tanpa diskriminasi. Kerahasiaan : menjaga informasi klien atau kasus. Kemandirian : bebas dari intervensi politik atau kekuasaan. Integritas : konsisten dalam nilai d...
Di Persimpangan Jalan: Hukum di Indonesia Mau Dibawa ke Mana?
- Get link
- X
- Other Apps
Di Persimpangan Jalan: Hukum di Indonesia Mau Dibawa ke Mana? Kata Pengantar Hukum adalah fondasi utama dalam tegaknya keadilan, kesejahteraan, dan ketertiban dalam sebuah bangsa. Indonesia, sebagai negara hukum yang demokratis, seharusnya menjadikan supremasi hukum sebagai pilar utama dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun realitasnya, hukum seringkali tersesat di persimpangan jalan. Kasus-kasus seperti kriminalisasi administratif, intimidasi terhadap korban, serta campur tangan kuasa politik dan uang dalam proses hukum, menjadi pertanyaan besar: Mau dibawa ke mana hukum di Indonesia? Makalah ini mencoba menyajikan refleksi kritis terhadap kondisi hukum Indonesia hari ini, berdasarkan berbagai kasus aktual dan pendekatan filosofis, sosiologis, serta yuridis. BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum di Indonesia telah banyak mengalami reformasi sejak tumbangnya rezim Orde Baru. Namun, keberpihakan hukum pada keadilan substantif masih menjadi pro...